Aku...

Aku bocah laki2 yg kala itu masih duduk di TK Nol kecil.

Aku memiliki kakak kandung perempuan. Jarak usia kami sekitar 9 Tahun.

Aku...

Aku ingin mengenang masa lalu ku sejenak. Masa lalu yg mungkin semua orang alami. Menjadi anak yg sering dimanja atau yg sering diperhatikan kala itu.

Aku...

Aku tidak seperti yg kalian bayangkan.

Disaat asyik dengan manja dan kasih sayang, tiba2 bisa menghilang dengan sendiri, muncul sosok lain yg menghampiri. Yaitu sifat amarah yg tidak menentu.

Aku...

Aku mungkin adalah bocah laki2 yang terlalu asyik dengan duniaku saat itu. Sehingga aku tidak tau harus bersikap seperti apa.

Setiap kata yg terucap oleh mereka membuatku selalu teringat dan takut melakukan sesuatu.

Aku tidak bisa mandiri menentukan pilihanku, karena aku takut dianggap salah melakukannya.

Aku...

Aku dan kakak perempuanku sejak kecil tidak pernah akur.

Peraturan demi peraturan selalu dia terapkan seakan-akan dialah yg menguasai.

Yaa...

Dia memang kakak perempuan yg pintar dan selalu juara dikelasnya.

Berbeda denganku yg tak pernah juara ataupun terlihat spesial.

Masa kecil kami berbeda, terkadang ada tekanan fisik dan batin yg menghantui kami.

Sehingga kami tumbuh dan berkembang dengan cara kami masing2.


Waktupun begitu cepat berlarut..

Kehidupan kami sama seperti biasa, hingga disuatu hari diriku telah lulus SMA.

Akupun bingung menentukan pilihan ingin kemanakah diriku ini?

Apa bakatku?

Apa kemampuanku?

Apa aku mampu?

Itu semua karena masa kecilku yg tidak pernah bisa memilih pilihanku, karena aku takut disalahkan.

Diriku yg saat itu seperti anak yg tak berguna, melihat kakak perempuanku yang sangat mudah berpindah2 pekerjaan satu dengan pekerjaan yg lainnya. Tidak main2 perusahaan yg sudah ia dapat.

Melihat kelebihan kakak ku, aku selalu dibandingkan oleh orang tuaku.

Namun aku tidak terima dalam hatiku dibandingkan seperti itu.

Dilain sisi, aku ingin bangkit dan ingin menunjukkan bahwa aku juga bisa menjadi anak laki2 yg dibanggakan.

Tapi entah kenapa, diriku ternyata tidak mampu menyandingi kemampuannya.

Pada akhirnya diriku melanjutkan kuliah berdasarkan referensi dan hasutan kuat dari kakak perempuanku.

Aku tak tau harus memilih kampus apa saat itu.

Sungguh aku tak bisa menolak dan tak bisa melawan.

Kakak perempuanku berbeda dengan perempuan lain pada umumnya.

Dia sejak kecil sudah jauh dari orang tua, karena ia lebih memilih sekolah di Pulau Jawa. Karena pada saat itu Ayahku mendapat dinas di Kalimantan.

Pergaulannya di Jawa tidak pernah termonitor oleh orang tuaku. Karena momen berkumpul keluarga sangatlah jarang terjadi. Mungkin bisa dikatakan 1 tahun sekali dibulan Ramadhan.

Sangatlah jauh dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Chemistry antara org tua dan anak juga seakan tidam ada antara kakak perempuanku dan orang tuaku.

Wataknya begitu sangat kaku dan keras didalam keluarga. Segala yg dia lihat dan alami tidak sesuai dengan keinginannya. Apapun dia lakuin untuk mengikuti keinginannya.

Dia merasa orang lain wajib dan harus bisa sama cara berpikirnya dengan dia.

Dia selalu menganggap remeh orang sekitar termasuk orang tua sendiri. Tidak ada sedikitpun diwajahnya senyuman ataupun ketenangan saat melihat wajahnya.

Entah...

Entah apa yang dia pikirkan.

Yg ku tau dia hanya melampiaskan dendam dan amarahnya semasa dia kecil diperlakukan begitu keras oleh orang tuaku.

Namun, pelampiasan itu tidak seimbang dengan kasih sayang yg tulus keluar dri dirinya.

Semua kebaikan yg diperbuat dia, hanyalah sandiwara saja. Itu akan diungkit dan selalu dibahas.

Seakan2 dia sudah membuat kebaikan dan pertolongan yg terbaik dari dirinya.

Tidak seperti diriku, yg hanya mampu menolong dengan jasa yg kumiliki selamaku mampu menolong. Karena keadaan financial ku tidak seperti dirinya yg begitu mewah dengan gengsi yg tinggi.


Berlanjut...............